Senin, 01 Juni 2015

Pembangunan PLTN ….. Haruskah Terus Diperjuangkan ?

Dalam sebuah sesi coffe break sebuah training duduk seorang ibu setengah tua, agak gemuk, berjilbab, berwajah khas timur tengah, beliau berasal dari Uni Emirat Arab, Negara yang sedang membangun PLTN. 

Aku pun bertanya:
Do you have anti-nuclear organization in your country?

Ibu tesebut menjawab:
We had made socialization of nuclear power plant to our society in our country…. There were many many questions….. after we answered those questions….and explained……no one said NO to nuclear power plant program
Tepat di depan kami duduk orang yang sudah berumur dari Jerman, berperawakan agak kurus, berwajah intelek layaknya seorang profesor, beliau adalah pengajar dari training tersebut, umurnya sudah 63 tahun, umur yang tidak muda lagi, badan yang terlihat sehat dan masih berjalan tegap menunjukkan bagusnya standar kesehatan di negaranya, umur 63 tahun masih bekerja,  usia pensiun di negaranya adalah 65 tahun.

Saya pun berkomentar:
It’s so different with your country, it’s may be the big difference between a kingdom country and democratic country?
Beliaupun menanggapi:
anything could be happened, 20 years ago we didn’t have anti-nuclear movement, its about political decision, now we had installed 40 Giga watt solar and wind power generation, its really huge, now we focus on how to save that big amount of electricity.
Melihat fakta bahwa organisasi anti nuklir begitu mampu untuk mempengaruhi rakyat, demo pun muncul untuk menolak pembangunan PLTN, tapi bukankah PLTN di negri ini hanyalah diversifikasi dari pembangkitan listrik yang sudah beroperasi, waktu lama yang diperlukan dari tapak hingga operasi yang melebihi siklus politik (5 tahun) membuat para pengambil kebijakan kesulitan mengambilnya sebagai langkah politik (opsi pencitraan), PLTN nya belum menghasilkan listrik (manfaat) tapi biaya sudah keluar banyak, belum lagi penolakan dari rakyat bisa membuat suara mereka lari.

Menurut saya negri kita sudah pada jalan yang tepat (on-track) pada penggunanan nuklir di bidang aplikasi industri dan kesehatan, penelitan (AAN, iradiasi), produksi isotop. Bukankah metode produksi isotop hanya bisa menggunakan teknologi nuklir (reaktor / akselrator / cyclotron)?.... yang kesemuanya berkatian dengan radiasi dan material radioaktif. Penggunaan energi nuklir di bidang ini bukan lagi sebagai metode deversifikasi, yang bisa digantikan dengan cara lain, yang sebaiknya kita lakukan adalah meningkatkan kapasitas produksi dan pemasarannya.

Note:
Tapak-tapak PLTN setelah berlalunya jaman orba selalu mengundang penolakan (demo), kecuali reaktor riset yang sudah ada, mungkin itu juga sebabnya tapak HTGR diletakkan di dekat reaktor riset tersebut.

Pakar dari jerman tersebut menjawab pertanyaan lama saya:
“why in fukushima accident after they ran out of electricity from the battery to drive the cooling pump, then they failed to operate diesel-generator coz the fuel tank was gone, they didn’t use the electricity from the main turbine-generator (electricity) to drive cooling pump, there were steam generated from the decay heat?”

Beliau menjawab:
“may be they need to activated many auxiliary system to operate the main turbine-generator system, but actualy in fukushima unit 2 and 3, there were another small turbine system that connected directly to water pump, it was working properly. After the pressure of the main steam decreased and decreased, they decided to close the valve of that pump, coz they thought this turbine-pump was not working optimally, because they has another pump working. Then after a period of time they realized that pump is not enough, they saw pressure was increased, they tried to open the valve again….but they failed…may be becase the electricity system has failed to open that valve.”

related post:
arifisnaeni.blogspot.com/2012/02/sejarah-perkembangan-teknologi-nuklir.html