Senin, 20 Juni 2022

Lonjakan Populasi, Urbanisasi dan KKN….adakah kaitannya?

orang sekarang kerjaan nya kurang berkah, pegi kerja pagi buta…mata ari belon nongol…. pulang malem…….. mo beli rumah aje, banyak yang kagak bisa...

Saya dulu tahun 70-an, cuman dagang sayur, jualan sayur ke jakarta, kerja an nye santai, bisa tuh bli tanah luas di ciputat, bikin rumah....

celetuk seorang kakek, di emperan sebuah masjid, orangnya memang suka bercanda, tapi entah becanda atau setengah serius yang baru saja beliau katakan. 

Saya pun bertanya, anaknya berapa Pak?

Anak saya 8 orang,...jawabnya singkat…..

bertambahnya populasi, karena jumlah anak yang banyak dan arus urbanisasi memang membuat Jabodetabek semakin padat, dan tentu saja sesuai hukum ekonomi (permintaan vs penawaran), hal ini pula yang membuat harga tanah di sini melambung tinggi.

harga tanah di tengah perkampungan Jakarta bisa mencapai kisaran 24 juta per meter persegi. Harga tanah termahal di Jakarta bisa melampaui angka 50 juta per meter persegi [1]. harga yang tidak mudah dijangkau oleh kalangan menengah kebawah. sehingga mereka cenderung mencari tempat tinggal di daerah penyangga ibu kota yaitu Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Karawang.

–00–

Jaman dulu memang hal yang biasa jika kita mendengar cerita keluarga besar, keluarga dengan banyak anak, bahkan jumlah anak dalam suatu keluarga bisa mencapai belasan. sehingga bila lebaran tiba, rumah kakek-nenek bisa terisi banyak anak berserta cucu-cucunya, dan masih muat, walau di malam hari harus tidur berjejer, karena rumah mereka di desa umumnya berukuran relatif luas. 

Sadarkah kita, peningkatan populasi penduduk di desa-desa meningkatkan arus urbanisasi ....

Sebagai ilustrasi sederhana, sebuah desa A yang memiliki luas 100 hektar dihuni oleh 10 KK (Kepala Keluarga), maka luas tanah rata-rata masing-masing KK adalah 10 hektar atau 100 ribu meter persegi.

Apabila setiap KK memiliki 10 anak, maka 10 KK akan memiliki 100 anak, untuk mempermudah ilustrasi kita sederhanakan saja asumsinya, bahwa separuh KK anaknya laki-laki semua dan separuhnya lagi perempuan semua, kemudian mereka saling menikah, jadi dari 100 anak akan menjadi 50 KK, sehingga jika dihitung hanya untuk generasi tersebut luas tanah rata-rata per KK adalah 20 ribu meter persegi.

Apabila asumsi diatas dilanjutkan maka pada generasi ke-5 akan ada 6.250 KK dengan luas tanah rata-rata per KK adalah 160 meter persegi.

Meningkatnya populasi di desa-desa, membuat lahan pertanian (sawah, kebun, ladang, tambak) semakin sempit. lama-lama tidak lagi mencukupi untuk penghidupan, sehingga sebagian pemuda desa memilih merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. 

Di kota, mereka yang beruntung bisa mendapatkan pekerjaan yang baik. Sebagian lagi kurang beruntung, mereka menimbulkan beban sosial atau masalah baru di kota. Bahkan diantara mereka ada yg terpaksa menjadi pelaku kriminal, sekedar untuk mengisi perut dan menyambung hidup.

kehidupan di kota, bagaikan gradasi warna,  ada yang hidup di dunia putih, putih agak abu-abu, abu-abu, sangat abu-abu...... Bahkan dunia hitam.

Dinamika Perkembangan Kota Terbesar di Indonesia 
Berdasarkan Total Populasi Penduduk [2]


Bandingkan dengan Negara Lainnya


Fertility Rate Berdasarkan Negara

Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah anak rata-rata yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama masa reproduksinya [3] [4].

Dari tabel di atas, wanita paling banyak memiliki anak, berasal dari Nigeria, yang rata-rata memiliki 6,7 anak. Indonesia berada di nomor 91 dengan rata-rata 2,2 anak. Negara tetangga kita Singapura berada di no 197 dengan rata-rata 1,1 anak, sedangkan di urutan paling bawah adalah Korea Selatan dengan rata-rata 0,84 anak

Pertumbuhan Penduduk yang Rendah di Negara Maju vs KKN….adakah Kaitannya?

Rendahnya pertumbuhan penduduk di negara maju disebabkan oleh rendahnya angka kelahiran. Mayoritas penduduk kalangan muda di negara maju menunda untuk menikah dan memiliki anak [5]. Bahkan ada juga yang enggan memiliki anak. Beberapa alasan mereka enggan memiliki anak [6]:

  1. Finansial, dari melahirkan hingga membesarkan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
  2. Sibuk dengan karir/pekerjaan.
  3. Tidak siap secara mental, memiliki anak adalah hal yang merepotkan.
  4. Pernikahan tetap bisa harmonis meski tanpa anak. 
  5. lebih memilih hidup mandiri (melajang) [7].

Sepertinya kondisi ini bisa menjawab pertanyaan:  "kenapa di negara-negara maju Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN-nya) cenderung rendah?"... walau sebagian dari mereka melakukan Molimo yang biasanya memerlukan biaya seperti pada artikel ini (tentang molimo)

Bila mereka hidup melajang dan tidak memiliki anak, tidak akan ada biaya pernikahan, tidak ada biaya melahirkan, biaya membesarkan dan pendidikan anak, tidak perlu membantu mencarikan pekerjaan, tidak ada biaya mantu. Tidak akan ada istri dan anak yang minta dibelikan kosmetik, perhiasan, tas, pakaian, handphone, laptop, motor, mobil, rumah, dst. 

Seperti sebuah cerita:. 

Dia punya keluarga besar, dia punya 14 orang anak, Alhamdulillah yang sulung dapat pekerjaan di kantor penting di Jakarta, jadi bisa membantu 13 adiknya nyari kerjaan........ 

luar biasa ….. jadi ada kemungkinan, 13 kali nepotisme telah dilakukan.

Jaman sekarang biaya pendidikan cenderung tidak murah, terutama untuk sekolah swasta. Cerita seorang bapak kepada saya, beliau harus menyiapkan 350 juta untuk mendaftarkan anaknya kuliah di jurusan favorit di sebuah kampus swasta di Jakarta. 

Semakin tinggi pertumbuhan jumlah penduduk suatu negara maka jumlah bangku sekolah dan lapangan pekerjaan yang harus disediakan juga semakin tinggi, Perebutan bangku sekolah dan pekerjaan akan semakin sengit, semakin tidak sehat, maka jangan heran kalo ada cerita orang yang harus menyuap hingga ratusan juta untuk pendaftaran di suatu sekolah atau seleksi suatu pekerjaan. padahal sebenarnya proses pendaftaran sekolah/seleksi pekerjaan tersebut sama sekali tidak dipungut biaya.


Program KB, Dua Anak Cukup

Memiliki dua anak bisa dibilang sedikit, bisa juga dibilang banyak, tergantung sudut pandang kita, jika dilihat dari orang yang memiliki anak banyak (bahkan hingga belasan) maka 2 anak dianggap sedikit, tetapi dari sudut pandang orang yang hanya memiliki 1 anak atau tidak memiliki anak, maka 2 anak adalah banyak. Sama halnya dengan kalimat berikut:

  1. Eh…. Dia itu istrinya dua lho.
  2. Dia punya dua rumah.
  3. Dia itu punya dua toko.
  4. Mobil dia itu ada dua, nomor ganjil dan genap.
  5. Dia punya dua hotel.
  6. Perusahaan punya dia itu ada dua.
  7. Dia punya dua helikopter
  8. Pesawat jet punya dia itu ada dua
  9. Dia juga punya dua kapal pesiar

Kata dua pada kalimat di atas bisa dibilang sedikit bisa dibilang banyak, tergantung sudut pandang anda, tapi kalau anda punya semua itu, bagi saya sudah sangat banyak 😂

Memiliki semakin banyak anak, tentu membutuhkan biaya yang semakin besar, apalagi kalo istri dan anaknya banyak, ada pula kecenderungan KKN akan semakin tinggi. Seperti kutipan berita berikut: Pemimpin Taliban prihatin atas tuduhan korupsi terhadap anggotanya yang berusaha mengumpulkan dana untuk menopang rumah tangga besar atau banyak. "Jika semua pimpinan dan komandan menghindari poligami, mereka tidak perlu terlibat dalam praktik-praktik korupsi dan illegal" [8].

Berbeda dengan di negara maju, salah satu tujuan memiliki anak di sini adalah untuk menemani hari tua, di negara maju umumnya terdapat lebih banyak panti jompo, bahkan cerita teman saya yang pernah kuliah dan tinggal di Jerman, kadang lansia di Jerman lebih memilih tinggal di panti jompo, daripada tinggal dengan anak mereka, karena di panti jompo mereka merasa punya banyak teman, sedangkan anak tidak mungkin menemani mereka 24 jam.

Demikian juga cerita teman saya yang pernah kuliah dan tinggal di Jepang, banyak TKW dari Indonesia yang bekerja di panti jompo.

Roujin Home sebagai rumah tinggal bagi para orang tua Jompo. Tempat semacam ini sangat banyak di Jepang karena rata-rata masyarakat umum di Jepang sangat produktif dalam pekerjaan. Sehingga tidak sempat untuk melakukan perawatan kepada para orang tua terlebih yang berusia senja [9] [10].

Singapura juga menciptakan rusunawa, yang dinamakan Kampung Admiralty. Lansia tinggal dalam sebuah kamar, bertipe apartemen kamar satu dengan segala sudut ruangnya memiliki bantuan pegangan untuk gerak lansia yang terbatas. statusnya mereka sewa untuk 30 tahun, dengan usia awal sewa mereka minimal 55 tahun, dan setelah nantinya meninggal, rusunawanya bisa diteruskan ke lansia lainnya yang membutuhkan.[11].

Perjuangan Para Komuter (Commuter) dan Kemacetan Jakarta

Komuter berasal dari bahasa Inggris Commuter; dalam bahasa Indonesia juga disebut penglaju atau penglajo. Komuter adalah seseorang yang bepergian ke suatu kota untuk bekerja dan kembali ke kota tempat tinggalnya setiap hari, biasanya dari tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat bekerjanya [12].

Bila bekerja di Jakarta, mereka menghadapi masalah mahalnya harga tanah atau sewa rumah di dekat tempat mereka bekerja, sehingga mereka biasanya memilih tinggal di tempat yang cukup jauh dari tempat mereka bekerja (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Apabila mereka (komuter) bekerja di jakarta pusat maka jarak yang harus mereka tempuh bisa berkisar antara 12 km s.d 55 km.

Tangerang, Depok, Bekasi sekitar 12-30 km dari Jakarta Pusat. Sedangkan Bogor, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi bisa mencapai 20-55 km dari Jakarta Pusat. [13].

Para komuter memerlukan sarana transportasi umum yang efisien. mereka sangat memerlukan jaringan transportasi umum yang bergerak cepat, seperti Kereta Rel Listrik (KRL), MRT, LRT, Trans Jakarta. Sarana transportasi yang bisa menembus kemacetan kota besar seperti Jakarta. Pada hari kerja, pengguna KRL sebelum pandemi sekitar 1,1 juta orang/hari [14]. Saat ini pengguna KRL pada hari kerja sekitar 650 ribu orang/hari [15].

Lalulintas Jakarta di Jam Sibuk

Kepadatan Jalanan Jakarta di Jam Sibuk [16].

Gambaran Perbandingan Jarak komuter ke Jakarta dari Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dengan Kota-kota Lain

Fenomena komuter terjadi hampir di tiap kota, terutama kota besar, namun tentu saja yang masih tertinggi adalah di kawasan Jabodetabek, bagaimana jika kita lihat pada peta, perbandingan dengan kota-kota lain, jarak para komuter di jabodetabek yang bisa menempuh 12 hingga 55 km dalam sekali perjalanan.

Semarang

Komuter Jabodetabek yang bisa menempuh 12 s.d 55 km,  jika mereka bekerja di semarang maka mereka mungkin tinggal di Ungaran, Bawen, Ambarawa, Secang, Salatiga, Kendal, Sukorejo, Kudus, dst (bisa dilihat pada gambar berikut)


Jogja

Komuter Jabodetabek yang bisa menempuh 12 s.d 55 km,  jika mereka bekerja di Jogja maka mereka mungkin tinggal di Muntilan, Magelang, Secang, Salatiga, Boyolali, Klaten, Solo, dst (bisa dilihat pada peta berikut)


Bandung

Komuter Jabodetabek yang bisa menempuh 12 s.d 55 km,  jika mereka bekerja di Bandung maka mereka mungkin tinggal di Padalarang, Cikalong, Purwakarta, Sumedang, dst (bisa dilihat pada peta berikut)


Surabaya

Komuter Jabodetabek yang bisa menempuh 12 s.d 55 km,  jika mereka bekerja di Surabaya maka mereka mungkin tinggal di Gresik, Lamongan, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan, dst (bisa dilihat pada peta berikut)


Malang

Komuter Jabodetabek yang bisa menempuh 12 s.d 55 km,  jika mereka bekerja di Malang maka mereka mungkin tinggal di Kepanjen, Turen, Dampit, Prigen, Bangil, dst (bisa dilihat pada peta berikut)



Nb:
  1. Ada komuter yang lebih jauh dari 55 km, misalnya dari timur Kabupaten Bekasi (Karawang), wilayah selatan Kabupaten Bogor, atau tempat lainnya. 
  2. Perhitungan jarak pada peta-peta di atas adalah radius (garis lurus), jadi jarak riil/sebenarnya tentu lebih jauh, karena jalan biasanya berbelok-belok, atau harus gonta-ganti mode transportasi.
  3. Bekerja adalah ibadah, semoga kaum komuter yang harus bekerja keras mendapatkan limpahan berkah dan rahmat.
  4. Sepertinya sebagian besar kaum komuter di Jabodetabek adalah kaum urban, buktinya kalau libur panjang atau musim mudik, Lalu lintas di Jakarta cenderung lengang.
  5. Tiap anak dijamin rezekinya, ini tentu saja benar, rezeki kan tidak hanya berupa makanan, biaya pendidikan, bisa berupa udara yg kita hirup, waktu luang ataupun kesehatan. Kadang kita dengar, tingginya biaya RS yang dibutuhkan anak-anak yang mengalami kelainan organ sejak lahir, itu baru salah satu organ, padahal kita punya banyak organ tubuh.
  6. Tingkatan kehebatan manusia berdasarkan tingkat ketakwaannya, punya banyak anak tetapi tetap tawakal, tidak melakukan/mengambil hal-hal yang haram/ilegal, bahkan syubhat untuk menghidupi mereka, itu juga luar biasa. Terutama bagi para Janda yang harus berjuang membesarkan banyak anak.
  7. Bagi anda yang sudah siap menikah, menikahlah, kalau belum siap punya anak, planning untuk punya anak bisa ditunda.
  8. Lajang kadang jauh lebih produktif, mereka bisa bekerja terus dari pagi hingga larut malam, mereka tidak akan repot/sibuk mengurus anak, tapi bisa juga sebaliknya jadi kurang produktif, karena merasa beban hidupnya tidak banyak.
  9. Selain urbanisasi, peningkatan populasi di desa juga meningkatkan jumlah ekspatriat (TKI/TKW), perjuangan mereka bekerja di sana, sungguh luar biasa, terutama yang jauh dari keluarga/tidak mampu membawa keluarga
  10. Pengalaman saya tinggal di Saudi, sama seperti di sini, setahu saya penduduk kota cenderung memilih hanya memiliki 2 anak, apalagi banyak diantara mereka adalah penyewa flat/apartemen di dalam kota. Karena disana, sulit untuk membuat rumah di tengah gurun, karena akan sangat sulit akses ke sumber air bersih, berbeda dengan di sini, bisa saja kita buat rumah di tengah hutan, kalau perlu air tinggal bikin sumur.
  11. Jikalau kota-kota besar di sini menghadapi masalah urbanisasi. Negara-negara maju seperti di sebagian Eropa menghadapi masalah imigran akibat konflik di Afrika, Timur Tengah, dan terakhir di Ukraina. Amerika serikat juga menghadapi masalah imigran dari selatan
  12. Finlandia, Denmark, Islandia adalah negara paling bahagia di dunia [17], Negara-negara ini terletak di utara Eropa, dan sepertinya jauh dari jangkauan para imigran.
  13. Negara maju juga memiliki kawasan kumuh seperti pada video https://youtu.be/3nvTgSW2L8Q
  14. Selama bumi masih nyaman, belum terlalu sesak oleh manusia, kecil kemungkinannya orang mau tinggal di mars, planet yang lebih tandus dari padang pasir, tidak ada sumber air, udaranya tidak ramah, tidak bisa dipakai bernafas, alias minum dan bernafas di sana tidak akan gratis. 
  15. Saat ini populasi manusia di bumi sekitar 7,5 miliar. Para peneliti memperkirakan puncak populasi akan menyentuh angka 9,73 miliar pada tahun 2064 sebelum penurunan populasi terjadi [18].

Referensi

Jumat, 05 Oktober 2018

Introduksi PLTN di Bangladesh, How they did it?

Bangladesh adalah sebuah negara berkembang yang terletak di Asia Selatan [1]. Sebuah negara demokratis (bukan otoriter), Pemerintah Bangladesh berhasil meyakinkan rakyatnya untuk membangun PLTN di negerinya [2].

Ada pertanyaan menggelitik di benak saya:
Bagaimana pemerintahan Bangladesh bisa meyakinkan rakyatnya untuk membangun PLTN? dengan kata lain bagaimana rakyat Bangladesh bisa percaya bahwa proyek besar bernama PLTN tersebut dapat bermanfaat bagi mereka? Mengapa Indonesia belum berhasil meyakinkan rakyatnya?
Sebelum membahas itu semua, ada baiknya kita lihat perbandingan Indonesia dan Bangladesh:
Luas Wilayah
Luas Wilayah Indonesia Lebih Luas [3].

Luas Wilayah Bangladesh Lebih Sempit [3].

Negara Berkembang, PBB mengkategorikan Indonesia dan Bangladesh adalah negara berkembang, Pendapatan per-kapita Indonesia lebih baik dibandingkan dengan Bangladesh [4].
Economies by per capita GNI in 2012 [4]

Indeks Persepsi Korupsi: Tahun 2016 Indonesia berada pada rangking 90, sedangkan Bangladesh pada rangking 145.
Indeks Pesepsi Korupsi [5]

Corruption Perceptions Index [6]

Public trust in politicians:  data bank dunia (worldbank.org) pada tahun 2007 - 2017 kepercayaan publik terhadap politisi di Indonesia lebih baik dibandingkan dengan Bangladesh [7].

Public Trust in Politicians, Index (Indonesia 3.70) [7] 

Public Trust in Politicians, Index (Bangladesh 2.27) [7]

Jumlah Penduduk dan Konsumsi Listrik
Jumlah Penduduk dan Rata-rata Konsumsi Listrik - 2014 [8]

Rasio Elektrifikasi: Rasio elektrifikasi Indonesia (97.01 %), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Bangladesh (62.4 %).
Access to electricity (% of population) [9]

Pembangkit Listrik, Produksi Batu Bara & Natural Gas
Daya (MW) Kapasitas Terpasang PLN 2016 [10]

Pembangkit listrik di Indonesia di dominasi oleh PLTU.

Producers, net exporters and net importers of coal in 2016 [11]
Indonesia adalah produsen batu bara terbesar ke-5 di dunia, sebagian besar batu bara tersebut di ekspor ke negara lain.

Bangladesh Energy Generation by Fuel Type in 2011 [12]

Pembangkit listrik di Bangladesh saat ini didominasi oleh PLTG (Gas Alam).

Natural Gas Production Rank [13]

Bangladesh memiliki cadangan minyak dan batu bara yang kecil, tetapi sumber daya gas alam yang besar [14]. Bangladesh adalah produsen gas alam terbesar ke-27 di dunia [13], untuk mencukupi kebutuhan gas alam yang terus meningkat, Bangladesh berencana untuk mengimpor gas dari Qatar [15]. Impor LNG sebanyak 0,6 juta ton pada tahun 2018, kemudian 2,9 juta ton pada 2019 dan pada 2020 impor bisa mencapai 4,6 juta ton [16,17]. Perlu diketahui bahwa tidak semua gas alam digunakan untuk keperluan produksi listrik.

Pengunaan Gas Alam di Bangladesh [18]

Mari Kita Bahas
Dari data di atas dapat dilihat bahwa "indeks persepsi korupsi" dan "public trust in politicians" di Bangladesh lebih buruk dibandingkan dengan di Indonesia, tetapi  pemerintah Bangladesh berhasil melaksanakan introduksi PLTN, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa alasan utama berhasilnya introduksi PLTN di Bangladesh adalah:
  1. Kurang sumber daya energi. Gas alam yang diharapkan sebagai penopang utama dalam memproduksi listrik sudah tidak lagi mencukupi, tahun 2018 Bangladesh mulai mengimpor gas alam dari Qatar.
  2. Rasio elektrifikasi yang masih rendah (62,4 %), sepertiga dari penduduk Bangladesh belum menikmati listrik, bahkan hal ini menjadikan pergerakan "anti nuklir" tidak berkembang di sana. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah presentasi berjudul: "Stakeholder Involvement Activities for Successful Implementation of Rooppur Nuclear Power Plant (RNPP) project", dalam pertemuan IAEA-2017, dituliskan pada halaman ke-11:
No Anti Nuclear Movement was occurred in Bangladesh. Because 40% people stay out of light, they are in highly need of electricity, So, source of energy is immaterial to the people of Bangladesh [19].
Bila kedua alasan di atas diterapkan di Indonesia maka:
  1. Kurang sumber daya energi. Alasan ini kurang tepat, karena produksi batu bara di Indonesia masih sangat mencukupi, bahkan jumlah yang di ekspor lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi dalam negeri.
  2. Rasio elektrifikasi yang masih rendah. Rasio elektrifikasi nasional di Indonesia sudah cukup tinggi (97.01 %). tetapi karena luasnya wilayah Indonesia masih ada beberapa daerah yang rasio elektrifikasinya masih rendah, jadi alasan ini dapat digunakan (hanya untuk daerah tersebut).

Rasio Elektrifikasi Indonesia - Juni 2017 [20]

PLTN dapat di gunakan di daerah yang rasio elektifikasinya rendah seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara. Data ini juga memberikan penjelasan mengapa introduksi PLTN di Jepara dan Bangka Belitung sulit di lakukan. Rasio elektrifikasi di Bangka Belitung sudah 100% dan 94,50% di Jawa Tengah. Masyarakat di sana sudah merasa tercukupi kebutuhan listriknya, hampir seluruh warganya menikmati listrik 7 x 24 jam. So...they only able to see the risk, not the benefit of NPP.

Tentu berbeda dengan kampung yang gelap (tanpa listrik). Hidup akan berubah dengan adanya listrik, banyak perlalatan rumah tangga yang menggunakan listrik, seperti: lampu, TV, DVD player, radio, AC, pompa air, mesin cuci, setrika, kulkas, rice cooker, dispenser/water heater, kompor listrik, microwave, vacuum cleaner, Kipas angin, blender, hair dryer, mesin jahit, komputer, laptop, printer, gadget (hp/tablet), dll.

Harus diakui kebijakan tentang introduksi PLTN di Indonesia bisa dikategorikan kebijakan yang tidak populer. Faktanya ada beberapa kebijakan energi yang tidak populer, tapi kebijakan tersebut tetap dapat (bahkan harus) dijalankan, bagaimana ceritanya?

Alasan paling populer dan sering terjadi yaitu menghindari defisit besar APBN. Walaupun kebijakan seperti ini sering dimanfaatkan lawan politik (oposisi) untuk merebut hati rakyat, keterpaksaan pemerintah adalah alasan yang tidak dapat dihindari, beberapa kebijakan tersebut diantaranya adalah:

1). Kenaikan Harga BBM
Tujuan utama menaikkan harga BBM adalah mengurangi/mencabut subsidi. Kebijakan ini cendung akan diambil pada pertengahan masa pemerintahan (bukan di tahun politik) [21], diharapkan menjelang periode pemilihan berikutnya, kondisi ekonomi sudah pulih. sehingga elektabilitas sang petahana akan tetap terjaga. Bahkan pada tahun politik tertentu (2009) dilakukan pienurunan harga BBM.

Indonesia sekarang bukan negara net eksportir minyak lagi, tetapi sudah menjadi negara net importir minyak. lifting minyak yang dulu bisa mencapai 1,4 juta barrel/hari, sekarang sudah banyak berkurang.

Pemerintahan Jokowi-JK termasuk beruntung dalam masalah harga minyak dunia, penemuan cadangan minyak baru (Shale Oil) di benua Amerika [22] memaksa produsen minyak timur tengah untuk menaikkan kapasitas produksi dengan tujuan menurunkan harga, agar minyak mereka laku, walaupun sebagai imbas dari penurunan harga minyak, telah membuat krisis ekonomi di timur tengah.

Kebijakan lain yang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK adalah dengan menerapkan harga pasar minyak [23], jadi harga BBM akan fluktuatif, diharapkan tidak terjadi kenaikan ataupun penurunan harga yang ekstrem, yang memicu penolakan (demonstrasi besar).

2). Konversi Minyak Tanah ke LPG
Subsidi minyak tanah makin memberatkan pemerintah, Rp 5 ribu harus dikeluarkan untuk tiap 1 liter minyak tanah. Konsumsi masyarakat diasumsikan memakai 10 juta liter minyak tanah, berarti Rp 50 triliun dihabiskan hanya untuk subsidi. Itu situasi pada 2008 lalu [24].

Meski awalnya banyak yang menyangsikan akan berhasil, konversi minyak tanah ke elpiji  menjadi fenomena menarik dan penting. Bukan sekadar persoalan teknis, konversi berhasil mengubah kebiasaan yang sudah mentradisi. Konversi bahkan membangkitkan geliat ekonomi [25]:
  • Biaya pemakaian elpiji untuk keperluan memasak lebih murah.
  • Industri kompor elpiji  beserta asesoris maupun tabung elpiji.
  • Usaha distribusi atau penjualan produk industri tersebut.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa karena alasan ekonomi (pengurangan subsidi), program konversi ini walau diragukan akhirnya berhasil dijalankan. Walapun ada penolakan dari sebagian masyarakat karena takut, khawatir tabung elpiji meledak dan terbakar [26].
Mari Kita Simpulkan
"Solusi yang paling tepat (misalnya untuk menghindari defisit yang besar pada APBN), waktu kontroversi yang singkat (termasuk kalau ada demo), elektabilitas yang tetap terjaga di tahun politik, hasil akhir yang bermanfaat" 
adalah kata kunci untuk melaksanakan kebijakan energi yang tidak populer.

Jika introduksi PLTN tetap akan dilakukan, untuk menghindari proyek ini "Gagal Bermanfaat", maka waktu kontroversinya harus dipersingkat, dengan kata lain waktu antara pemilihan tapak hingga operasi harus sesingkat mungkin, tidak seperti PLTN pada umumnya yang membutuhkan waktu 6 tahun konstruksi. Salah satu jenis PLTN yang bisa dipilih adalah floating NPP,  untuk langkah awal, sistem sewa mungkin yang terbaik, mengapa?  PLTN tinggal didatangkan, dipasang dan dioperasikan, kita hanya membeli listriknya saja, kalau NIMBY nya keras, yaa ...tinggal dipindah ke pekarangan "back yard" yang lain. kalau di tolak terus...pulangkan saja ke negara asal.

Waktu konstruksi s.d operasi sebaiknya tidak melebih siklus politik (5 tahun), mengapa? karena kebijakan yang kurang populer dapat menurunkan elektabilitas, elektabilitas dapat turun apabila manfaat belum dapat diperoleh (listrik) sementara kontroversi dan biaya yang sudah dikeluarkan sudah sangat banyak (triliyunan), dengan bahasa yang simpel bahwa proyek ini tidak bisa digunakan untuk "pencitraan", kalau belum bermanfaat (ada produksi listrik) pada tahun politik, isu seperti ini dapat dimanfaatkan oleh lawan politik (oposisi), apabila oposisi memenangkan pemilihan berikutnya, ada kemungkinan proyek ini dihentikan,  seperti cerita menyedihkan PLTN Bataan di Philipine [27].

Berkaca dari pengalaman Bangladesh, opsi PLTN  sebaiknya ditawarkan ke daerah dengan rasio elektrifikasi yang masih rendah seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara. Mengingat data di atas hanya berdasarkan provinsi, diperlukan data yang lebih detail dalam skala kecamatan/kabupaten. Ada kemungkinan kecamatan/kabupaten di luar dari tiga provinsi di atas masih memiliki rasio elektrifikasi yang rendah. Mengapa data ini perlu? karena daya floating NPP yang tergolong kecil hanya bisa mencukupi kebutuhan tingkat kecamatan/kabupaten.

Note:
  1. Indonesia mengekspor batu bara, gas alam, tetapi mengimpor minyak bumi.
  2. Setelah konversi minyak tanah ke LPG, ada juga kemungkinan suatu saat nanti konversi LPG ke batu bara.
  3. Berkaitan dengan Introduksi PLTN, orang Bangladesh yang saya temui, lebih banyak bercerita tentang ketertarikan warga sekitar tapak, berkaitan dengan geliat ekonomi yang akan tumbuh di sekitar PLTN.
  4. Pada 2013 sekelompok ilmuwan Bangladesh dan diaspora global menyuarakan keprihatinan atas keselamatan dan kelayakan ekonomi model VVER-1000. Masalah, seperti ketidak sesuaian tapak terhadap keusangan teknologi model VVER-1000. Hingga pada tahun 2015, Rosatom menawarkan dua pembangkit listrik reaktor VVER-1200, dengan output kapasitas yang lebih besar 2.4 GWe [28]. Tipe VVER-1200 merupakan model terbaru yang dilengkapi dengan fitur "hydrogen recombiners" dan "core catcher" [29].
  5. Bangladesh pada tahun 2018 mengimpor batu bara, gas alam, dan minyak bumi.
  6. Alasan Bangladesh, yaitu "Kurang sumber daya energi" dan "Rasio elektrifikasi yang masih rendah (62,4 %)", saya tambahkan dalam daftar "Sejarah Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)"  (https://bit.ly/2OD80IG)
  7. President of Rosatom Overseas Evgeny Pakermanov berpendapat Floating Nuclear Power Plant (FNPP) sesuai bagi kebutuhan Indonesia yang memiliki banyak pulau dan berintensitas gempa yang cukup tinggi [30].
  8. Pembangkit listrik tidak bisa dibangun terlalu jauh dari beban (pengguna listrik), karena akan terjadi penurunan tegangan. Gardu Induk (GI) dalam jarak yang cukup jauh dari pusat beban akan menyebabkan terjadinya penurunan tegangan. Pengintegrasian pembangkit tersebar (Distributed Generation) pada jaringan distribusi akan menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki penurunan tegangan [31]. Itulah alasan mengapa pembangkit listrik dibangun tersebar di banyak wilayah di Indonesia.
  9. Jenis PLTN lain (selain Floating NPP) yang yang memiliki masa kontstruksi agak pendek adalah SMR " typical large reactor projects can take up to ten years or more to build, SMRs should be able to be built in far less time, perhaps in as little as three years[32].
Referensi:

Rabu, 22 Agustus 2018

Bike to Work (B2W)

Bike to work (B2W) atau bersepeda ke tempat kerja bukanlah budaya yang memasyarakat di negara kita, jalan dipenuhi oleh sepeda motor dan mobil. Berbeda dengan tempat lain, di Amsterdam-Belanda misalnya, jalan dan parkiran kereta di sana dipenuhi oleh sepeda.

Sepeda Amsterdam
Amsterdam - Belanda

Jauh....
Jarak yang jauh, bisa saja merupakan salah satu alasan mengapa kita tidak memilih B2W, tapi lihat dulu screenshot Facebook Group (Jakarta B2W - Bike to Work) di bawah yang bisa bikin geleng-geleng kepala [1]:

Jarak Tempuh Sepeda

diantara mereka ada yang menempuh 12 km, 15 km, 20 km bahkan 32 km. Jarak 6 km atau 12 km PP untuk saya tergolong dekat. Bila ragu tidak mampu PP, bisa dicoba one way dulu...

Mixed-mode commuting adalah alternatif lain bila jarak tempuh jauh, kita bisa menggunakan sepeda lipat kemudian naik kereta (KRL), tapi tentunya saat gerbong kereta agak lengang, bisa pagi banget atau agak siang, kalau jam masuk kantornya agak siang. Sepeda lipat juga bisa dimasukkan bagasi taksi (konvensional/online) jika ada sesuatu yang menyebabkan kegiatan bersepeda terganggu (kelelahan, ban bocor, hujan, dll).

Mixed mode commuting
Mixed-mode Commuting by Ajie Artotian [2].

Lambat....
Lambat, bisa saja merupakan salah satu alasan mengapa kita tidak memilih B2W, tapi kalau kita hidup di kota besar seperti Jakarta, banyaknya lampu merah dan jalanan yang macet membuat perbedaan kecepatan antara motor dan sepeda tidak begitu signifikan, bahkan sepeda bisa diangkat saat macet parah (tidak bergerak) ... cari jalan alternatif... melewati portal atau trotoar... upps... [3] (https://bit.ly/2w7kE89 )

Rizki Kurniawan Hadi Jarak Tempuh
34,7 km/h (rata-rata) by Rizki Kurniawan Hadi [1].

Apabila kecepatan rata-ratanya saja 34,7 km/jam, tentu saja kecepatan maksimalnya lebih cepat dari itu, sebaiknya diperhitungkan waktu tempuh dan jam berangkat, agar tidak terlambat. Jarak tempuh 31,3 km.... PP jadi 62,6 km... jarak tempuh yang fantastis.

Arif Isnaeni Jarak Tempuh
Screenshot "Ride with GPS" by Arif Isnaeni

Dari data "Ride with GPS" saya di atas, kecepatan max 29,6 km/jam, kecepatan rata-rata 18,6 km/jam... Jarak tempuh 5,5 km, durasi 21 menit, sama dengan durasi saya kalau naik sepeda motor, kan gak mungkin ngebut kalau lewat jalan kampung atau jalanan yang macet.

Keringetan....
Keringat...itu satu yang dicari dari olah raga ala B2W, baju ganti sebaiknya disiapkan terutama bagi yang kerja kantoran, kan gak asik ngantor tapi bau keringet. Beberapa aktivis B2W bahkan mengenakan jersey khusus bersepeda.

Gengsi....
Gengsi, bisa saja merupakan salah satu alasan orang  enggan B2W. Apa yang kita naiki memang bisa menunjukkan kelas sosial, kan beda kalau naik motor atau mobil, apalagi motornya moge/sports atau mobilnya mewah, tapi sepeda juga ada kelasnya Bos... harga sepeda bisa berkisar 1 juta s.d 100 juta Rupiah [4].

Cuaca....
Hujan atau terik matahari bisa saja merupakan salah satu alasan mengapa kita tidak memilih B2W, tapi perlu dipahami pada jam berangkat (pagi) dan pulang (sore/malam), sinar matahari tidak akan terlalu panas. Kalau hujan bagaimana?... sebenernya sama dengan naik motor, kita bisa menggunakan jas hujan atau malah hujan-hujanan ala beberapa aktivis B2W berikut [1]:

Bike to Work Jakarta
Kehujanan atau tidak Tetep Basah (Keringetan).

Keselamatan....
Tingkat keselamatan mengendarai sepeda bisa disejajarkan dengan mengendarai motor, bahkan, kemungkinan berakibat fatal lebih tinggi pada pengendara motor [12].

Jalan Naik-Turun....
Jika kontur jalan berbukit (naik-turun), kita bisa menggunakan sepeda gunung  (Mountain Bike - MTB), sprocket gear (gigi) sepeda akan sangat membantu untuk melewati tanjakan, seperti video Youtube berikut: https://youtu.be/CRebrA8JDZM

Note:
  • Mungkin terlihat aneh, naik sepeda di jalanan yg penuh sesak oleh motor dan mobil, tapi kalau kita cermati, demi meng-olah raga-kan badan, kita melakukan hal-hal yang aneh, seperti lari tanpa tujuan (muter-muter atau di atas treadmill), mengangkat dan menarik sesuatu di fitness center, mukul-mukul bola kecil pakai tongkat (golf), mengejar dan berebut bola (sepak bola), memukul benda berbulu angsa (bulu tangkis), dll. Apalagi kalau jenis olah raga tersebut pertama kali kita lihat, semakin aneh kelihatannya. Seperti video Youtube berikut: https://youtu.be/Lsn8z-AJxFc
  • Setidaknya dengan B2W beberapa tujuan tercapai yaitu olah raga dan sampai di tempat kerja, dan efek sampingnya adalah ... ngirit .... hehehe...
  • Beberapa manfaat B2W: Menyegarkan badan, Meningkatkan suasana hati, Tubuh lebih ramping [5], Meningkatkan kekuatan otot, Merawat sendi, Menurunkan resiko penyakit [6], mengurangi polusi udara .... Secara simpel dapat dikatakan B2W adalah salah satu investasi kesehatan.
  • Bagi anda yang punya masalah dengan sendi lutut (dengkul basa jawanya), berenang dan bersepeda adalah olah raga yang dianjurkan, karena olah raga ini tidak terlalu memberikan tekanan pada lutut. Kalau tidak ingin tas membebani punggung/tulang belakang, bisa diletakkan di belakang (boncengan/pannier)
  • Ada banyak tipe/jenis sepeda, kita bisa memilih sesuai dengan kebutuhan kita [7], [8]. Kalau saya memilih menggunakan sepeda hybrid, perpaduan antara rangka sepeda gunung (Mountain Bike - MTB) dan roda sepeda balap (Road Bike), perlu diketahui, karena ban yang tipis, sepeda jenis ini tidak cocok untuk jalanan yang rusak/sedang dalam perbaikan.
Hybrid Bike Arif Isnaeni
My Hybrid Bike
  • Bila bingung memilih jenis sepeda, bisa menggunakan panduan pada referensi ini [9].
  • Jika jarak rumah ke tempat kerja jauh, sebaiknya anda latihan dulu, misalnya mencoba bersepeda di akhir pekan, dari jarak yang pendek kemudian berangsur-angsur semakin jauh.
  • Kalau jarak tempuh jauh sebaiknya sediakan air minum, agar tidak dehidrasi.
  • Jarak tempuh 6 km atau PP 12 km bagi saya memang kadang terasa kurang, untuk menambah keringat sesampainya di rumah, kadang saya memainkan Nunchaku/Ruyung ataupun bermain dengan Samsak :-) 
  • Kalau tidak ingin keringetan (gak perlu ganti baju), naiknya pelan-pelan saja (15 km/jam), kalau ingin keringetan banget ya sebaliknya.... bisa dianalogikan antara lari (keringetan) dan jalan (tidak keringetan), walaupun jarak tempuhnya sama jauhnya.
  • di Saudi, sebagian warganya olah raga (lari-lari) setelah maghrib/isya maklum siang di sana panas. Jadi jarang ada B2W disana, beberapa orang yang terlihat melakukan B2W adalah para pekerja konstruksi yang berasal dari Afrika ataupun pekerja sektor lain dari Asia Selatan.
  • Saya tidak menyarankan menggunakan sepeda yang mahal agar tambah pede, sepeda juga bisa hilang, seperti motor dan mobil. Walaupun jalan kaki, kita juga pede,  kaki adalah alat transportasi yang paling handal dan diperlukan, bisa dibayangkan kalau kita tidak punya kaki.
  • Kerugian akibat kemacetan sangatlah besar, data di Jabodetabek di tahun 2017 saja mencapai 100 Triliun [10], volume kendaraan dan volume jalan sangat tidak seimbang, itulah mengapa negara maju sangat memperhatikan transportasi umum, tentu banyak pejalan kaki dan juga pesepeda di sana.
  • Melakukan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan tentu lebih mudah dibandingkan melakukan sesuatu yang baru [11]...  kalau B2W adalah hal baru bagi anda... kata kuncinya adalah "Mulai"...jangan terlalu banyak dibayangkan/dipikirkan.... bisa-bisa malah gak jadi B2W.
  • B2W cocok buat anda yang tidak punya waktu berolah raga, bisa karena tidak sempat atau tidak mau meluangkan waktu (lebih milih aktivitas lain), ataupun alasan lain misalnya akses yang sulit ke tempat olah raga (kendala jarak, biaya, jadwal pemakaian tempat, jumlah pemain, dll).
Referensi:
[1]. Jakarta B2W - Bike to Work https://www.facebook.com/groups/90674207791/
[2]. https://www.facebook.com/groups/bike2workindonesia/permalink/10156688669617560/?__tn__=K-R
[3]. https://www.facebook.com/groups/90674207791/permalink/10156756233577792/
[4]. https://sepedaku.org/sepeda-polygon/
[5]. https://www.vemale.com/kesehatan/77277-bike-to-work-ini-alasan-mengapa-anda-harus-melakukannya.html
[6]. https://www.gentlemancode.id/read/kesehatan/Bike-to-Work-Kenapa-Enggak-Ini-6-Alasannya
[7]. https://sains.kompas.com/read/2017/05/22/112007120/sepeda.apa.yang.cocok.untuk.anda.?page=all
[8]. http://gooesinfo.blogspot.com/2016/07/jenis-sepeda-berdasarkan-kegunaanya.html
[9]. http://store-id.polygonbikes.com/panduan-memilih-sepeda.html
[10]. https://ekonomi.kompas.com/read/2017/12/04/093800026/kerugian-akibat-kemacetan-di-jabodetabek-capai-rp-100-triliun
[11]. https://sains.kompas.com/read/2018/06/12/203600823/berapa-lama-waktu-yang-dibutuhkan-untuk-mengubah-kebiasaan-
[12]. https://www.lewisandtompkins.com/which-is-more-dangerous-riding-a-bike-or-riding-a-motorcycle.html

Minggu, 30 April 2017

Ban Meletus (kempes mendadak), Cara Mengatasinya ...

Ban yang meletus atau kempes mendadak pada saat mobil dalam kecepatan tinggi sangat berbahaya, perlu tindakan yang tepat agar tidak terjadi kecelakaan. Artikel ini saya tulis berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada video-video berikut:

Hal yang perlu dilakukan pada saat ban meletus dalam kecelakaan tinggi (di atas 60 km/jam):
Pertama: Jangan injak pedal rem secara mendadak (rem panik), jauhkan kaki dari pedal rem, karena hal ini akan mengakibatkan mobil tidak terkendali (spin ataupun terguling):

Sedan (lebih sulit berguling) [1]


Jeep yang berguling (flip) [2] <-- youtube direct link

Pada video pertama sedan berputar (spin) setelah direm secara mendadak, ini adalah kelebihan dari sedan yang tidak mudah terguling, karena kendaraan rendah dan lebar (lebar > tinggi), berbeda dengan kendaraan yang lebih tinggi (Jeep, MPV, SUV, Truk, Bus), kendaraan ini lebih mudah terguling. Pada video tentang Jeep di atas setelah mobil menepi, kemudian mobil direm mendadak (ada suara rem), mobil tidak terkendali, keluar dari aspal dan kemudian terguling.

Kedua: Jangan langsung menepi (keluar dari aspal/beton) pada kecepatan tinggi atau jangan berpindah jalur pada kecepatan tinggi, sebaiknya usahakan mobil tetap lurus. Menepilah setelah kecepatan berkurang (dibawah 40 km/jam). Menepi pada kecepatan tinggi meningkatkan probalilitas mobil keluar dari aspal/beton. Mobil lebih sulit untuk dikendalikan bila di atas tanah atau rumput, karena ban yang terpasang tidak didesain untuk bekerja maksimal selain di atas aspal/beton (terutama dalam kecepatan tinggi), sebagaimana dapat dilihat pada video di bawah ini:


Recreation Vehicle (RV) yang tak terkendali setelah menepi pada kecepatan tinggi [3]

Ketiga: Kendalikan kendaraan dengan menginjak pedal gas (hanya sesaat sampai mobil terkendali), kemudian lepas pedal gas perlahan-lahan, ATAU langsung lepas pedal gas. Ada perbedaan pendapat pada poin ketiga, yaitu apakah injak terus pedal gas sampai mobil terkendali kemudian baru dilepas (perlahan-lahan), ATAU langsung lepas pedal gas, tapi pada intinya jangan injak pedal rem secara mendadak (rem panik). kedua perpedaan pendapat tersebut dapat dilihat pada video dan komentarnya berikut:


Mengendalikan Truk Bila Ban Meletus [5] <-- youtube direct link

Pada video berikutnya anda bisa melihat mobil sport (sedan) dalam kecepatan yang sangat tinggi (327 km/jam) yang selamat karena tidak menginjak rem secara mendadak (rem panik) dan tidak menepi (keluar dari aspal) dalam kecepatan tinggi, sehingga mobil tidak berputar (spin) dan juga tidak terguling.




Kerusakan yang ditimbulkan [7]

Setelah mobil sport ini berhenti ban hilang dan hanya tersisa velg, jauh lebih baik dibanding bila terjadi spin kemudian berbenturan dengan mobil lain/pembatas jalan, kelebihan lain dari mobil jenis ini adalah diameter velg yang besar dan ban yang tipis, sehingga diamater velg dan diameter ban tidak berbeda jauh yang tentunya akan berpengaruh besar dalam pengendalian mobil bila ban meletus.

Note:
  1. Semua yang saya tulis di atas hanyalah teori yang perlu dilatih untuk menimbulkan refleks yang tepat saat mengalami ban meletus dalam kecepatan tinggi, hal yang tidak mungkin dilakukan kecuali anda adalah seorang pembalap yang dilatih untuk meminimalkan akibat kecelakaan.
  2. Bila ban depan meletus akan terasa di roda kemudi (stir), bila ban belakang meletus akan terasa pada kursi anda.
  3. Anda dapat melihat video yang lain dengan kata kunci "tire blowout" [7]
  4. Saat mengendari motor, saya pernah mengalami ban meletus (ban belakang), di perempatan harmoni, dari jalan Veteran  menuju Jalan Gajah Mada, saat itu kecepatannya sekitar 40 - 50 km/jam, refleks saya adalah saya tidak berani berbelok, hanya mengerem pelan-pelan, berhenti di depan harmoni plaza, bersyukur saat itu tidak jatuh, tentu dapat dimengerti karena ban yang digunakan bukan ban tubeless, saat terkena ranjau paku ban dalam bisa langsung robek dan kempes.
  5. Pada video terakhir ada yang berkomentar bahwa di Jerman 200 Mph adalah legal, tentu berbeda dengan di negara kita.

Referensi:
[1] https://youtu.be/e1d9e7WsHYg
[2] https://youtu.be/T2fdl6eeXpk
[3] https://youtu.be/dSgz61yn-4M
[4] https://youtu.be/lkwOE1yKY5c
[5] https://youtu.be/8znCgvHMb-g
[6] https://youtu.be/PYcL1rBE_Ms
[7] https://a-a.d-cd.net/7a2e792s-960.jpg
[8] https://www.youtube.com/results?search_query=tire+blowout


Selasa, 24 Januari 2017

Warisan Cita-Cita

Beberapa kali kita melihat anak pejabat/mantan pejabat  dicalonkan dalam Pilkada ataupun Pemilu. Suatu hal yang lumrah bahwa kita ingin masa depan lebih baik, hal tersebut terkadang juga diterapkan untuk anak kita, kita ingin anak kita memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan orang tuanya, karir yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, harta yang lebih banyak, rumah yang lebih bagus, kendaraan yang lebih mewah, dst ....atau setidaknya menyamai/setingkat dengan orang tuanya....Secara simpel kita ingin anak kita bisa dibanggakan.

Menurutu KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) cita-cita [1] adalah :
  1. Keinginan yang selalu ada di dalam pikiran.
  2. Tujuan yang sempurna (yang akan dicapai atau dilaksanakan).
Kadang orang tua mengutarakannya secara lisan:
"Nak nanti besar sekolah di kedokteran ya"
"nanti kerja di perusahaan minyak ya"
"nanti kamu masuk partai ya....meneruskan karir politik ayah"
“kamu kuliah di ekonomi ya...biar bisa meneruskan bisnis keluarga”
Terkadang kita lihat keadaan yang kontradiktif, orang yang sudah dianggap berhasil dalam karir, pendidikan dan ekonomi oleh orang-orang disekitarnya, tetapi masih dianggap kurang berhasil oleh orang tuanya, hal ini disebabkan kelas ekonomi/karir/pendidikan orang tuanya masih lebih tinggi dibandingkan anaknya. Sebagai ilustrasi, kalau orang tuanya Camat, dia ingin anaknya menjadi Bupati. Kalau orang tuanya Bupati ingin anaknya mejadi Gubernur, dst.

Kadang, kekhawatiran orang tua bahwa anaknya tidak mendapatkan sekolah (pendidikan) ataupun pekerjaan (karir) yang bisa dibanggakan, membuat hal-hal seperti ini bisa terjadi:
  1. https://bit.ly/2LPENEK   [2]
  2. https://bit.ly/2ClfTh9       [3] 
  3. https://bit.ly/2C9t7x3      [4]
    Pertumbuhan (jumlah) penduduk yang besar tidak sebanding dengan pertumbuhan (jumlah) lapangan kerja ataupun sarana pendidikan. Persaingan untuk memperoleh pendidikan/lapangan kerja semakin ketat.

    Berbeda dengan negara-negara maju, pertumbuhan penduduknya cenderung tetap, bahkan negatif. Walapun jumlah lapangan kerja tidak bertambah, jumlah angkatan kerja semakin menurun, sehingga pengangguran relatif rendah, sebagian dari mereka bahkan tidak tertarik dengan segmen pekerjaan tertentu seperti misalnya buruh pabrik, tukang batu, pekerja pekerbunan, cleaning service, sopir, sehingga pekerjaan-pekerjaan tersebut diisi oleh orang-orang asing (expatriate).

    Sebagaimana di negara kita, Kalangan terdidik (S1 - S3) cenderung gengsi untuk mengambil pekerjaan tertentu, yang bisa diisi pekerja tanpa pendidikan tinggi. Memang sangat butuh keberanian untuk melawan gengsi untuk mengambil pekerjaan seperti: Pedagang kecil, tukang ojek, buruh pabrik. Kalangan terdidik cenderung memilih menganggur daripada mengambil pekerjaan yang gensinya kurang.

    Note:
    1. Jikalau dalam pendaftaran dan seleksi suatu pekerjaan atau pendidikan (ikatan dinas) kita mengeluarkan dana ratusan juta, sebenernya kita sedang daftar seleksi atau ndaftar MLM, bisa dibayangkan berapa bonus yang didapatkan para upline-nya.
    2. Gaya hidup mewah para upline ini kadang memunculkan generasi yang tertipu, mereka mengira pekerjaan/jabatan tertentu menjanjikan kekayaan, merekapun mendaftar sebagai downline dengan biaya yang banyak, tetapi ternyata gajinya sedikit.
    3. Berhasil lolos seleksi pada sekolah ber-ikatan dinas, bagaikan berhasil mendapatkan pekerjaan.
    4. Bukan hal yang mudah bagi kita untuk menghadapi godaan membantu anak secara ilegal, terutama bila kita mempunyai uang/pengaruh, karena kita cenderung malu bila anak kita tidak memiliki pendidikan/pekerjaan yang baik.
    5. Dalam suap terkandung banyak unsur kezaliman, seperti mengambil hak orang lain, memengaruhi keputusan penguasa sehingga merugikan pihak lain. Bagi pemberi diperbolehkan jika tidak memberikan suap, dia tidak akan mendapatkan haknya atau akan diperlakukan secara zalim. Sedangkan, bagi penerima hukumnya haram karena dia tidak berhak menerima hal itu. Misalnya, seseorang yang mengurus sesuatu ke aparat pemerintahan. Sang aparat tidak akan mengurus kebutuhannya jika tidak diberi suap [5].
    Referensi:
    [1] http://kbbi.web.id/cita
    [2] http://news.okezone.com
    [3] http://nasional.republika.co.id
    [4] http://www.jpnn.com
    [5] http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/04/22/o60ws617-suap-karena-terpaksa-bolehkah