Minggu, 07 Desember 2014

Fukushima, kisahmu dulu…


Entah kenapa malam ini saya ingin menulis cerita lama….. luka lama….….

Kecelakaan reaktor nuklir bagi orang nuklir itu…seperti nelayan yang perahunya diledakkan/dibakar …ataupun playboy yang dikebiri.. hehe.

Kembali ke laptop …..eh topik. Biar gak njlimet pembahasannya, kita pake bahasa yang sederhana aja ya. Apa itu PLTN/reaktor nuklir? Sama seperti PLTU batu bara… air dipanasin keluar uap, uapnya buat nggerakin kipas besar (turbin)…kipasnya nggerakkin dinamo besar (generator), jadi deh listrik…. Bedanya cuman kalo di PLTU, airnya dipanasin pake batu bara,  di PLTN airnya dipanasin pake reaksi fisi berantai (Uranium).

Kalo kita mematikan kompor, kompornya nggak langsung dingin kan bro, begitu juga reaktor nuklir. reaktor bagaikan kompor listrik yang sangat gede, 1.200.000.000 Watt (termal), kalo dimatikan  masih ada 3% nya atau sekitar  36.000.000 watt, bayangin aja, kalo kita punya setrika 300 watt itu udah panas banget… gimana kalo 36.000.000/300 = 120.000 setrika. 120.000 setrika kalo dinyalakan berjamaah.. bareng2 maksudnya... kayak apa tu panasnya.

Makanya reaktor itu setelah dimatikan perlu didinginin pake air, airnya biar ngalir terus ya pakai pompa, pompanya biar muter terus ya pake listrik, nah pada kecelakaan Fukushima. Awalnya pompa dinyalain pake aki selama 8 jam, selanjutnya pake genset…. malangnya genset yang buat muter pompa itu gak bisa dinyalakan karena tangki bensinnya hanyut kebawa banjir (tsunami)…. malangnya lagi kabel listrik pada putus juga karena tiang lisriknya pada rubuh… kena banjir (tsunami).. sehingga tidak ada pasokan listrik dari tempat lain...jadi deh tu reaktor kepanasen dan meleleh.

Tapi ada tanya di dalam hati… kenapa tidak pake listrik dari generator yang besarnya 3% itu buat muter pompa?.... uapnya malah cuman dibuang nggak dipake muter turbin ?.... sampai sekarang saya tak tahu jawabnya?

Note (yang ini bahasanya agak ngenjinering)
  1. Chernobyl dulu berencana memakai sisa putaran turbin dan tekanan uap dari 3% daya setelah shutdown untuk memutar pompa pendingin.
  2. Desain Eropa lebih paranoid lagi, mereka sudah menyiapkan alat untuk merekombinasikan gas Hidrogen yang terbentuk. Ada juga core capture, semacam tempat yang sudah disediakan apabila teras reaktor meleleh, mencegah kebocoran/release ke lingkungan.


Selasa, 16 September 2014

Untuk Apa Sekolah Lagi?

Kadang muncul pertanyaan pada diri kita, buat apa sekolah tinggi-tinggi? atau buat yang sudah bekerja buat apa sekolah/kuliah lagi?

ada sebuah artikel yang cukup menarik dari buku Al Arabiya Bayna Yadaik, buku yang saya gunakan untuk belajar bahasa arab:

تعليم بين الماضي و الحاضر


terjemahan bebas pada paragraf terakhir dari tulisan di atas:
"Jaman dulu guru tidak mengharapkan bayaran kecuali mengharap ridho Allah, tetapi saat ini banyak guru yang mengharapkan mendapatkan gaji yang besar. Saat ini murid lebih memikirkan ijazah dibandingkan dengan ilmu, karena ijazah adalah alat untuk melamar pekerjaan"

kadang saya bertanya kepada rekan-rekan saya di kantor saat mereka akan/selesai tugas belajar (S2 atau S3).

Buat apa sih melanjutkan sekolah? apakah alasannya satu dari hal ini?

  1. menambah status sosial. ....punya titel Master atau Doktor kan keren tuh :-)

  2. menambah peluang untuk mendapatkan posisi/jabatan yang lebih tinggi.

  3. mencari tambahan uang dari beasiswa.

  4. biar bisa jalan-jalan ke luar negeri

  5. bosen di kantor terus...ganti suasana

atau ada alasan lain?

kadang-kadang mereka menjawab "bosen di kantor terus" ataupun ada juga yang menjawab "untuk menambah peluang mendapatkan posisi/jabatan yang lebih tinggi"

tetapi ada jawaban lain ketika pertanyaan tersebut saya utarakan kepada salah seorang senior saya di kantor saat yang bersangkutan akan berangkat melanjutkan kuliah ke jenjang Doktoral (S-3). Mungkin karena yang bersangkutan adalah anak kiai jadi jawabannya agak lain:

Jawaban senior saya tersebut:
Saya kuliah lagi untuk mencari ilmu, karena Allah sudah berjanji "Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang berilmu beberapa derajat" nah saya juga belum tau diangkat derajatnya itu dalam bentuk apa? apakah status sosial atau jabatan atau uang.

sebagaimana terdapat pada (Q.S. al-Mujadalah[58]: 11)

unduhan


Artinya:
"... niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat..."
(Q.S. al-Mujadalah[58]: 11)