Sebagaimana kita memaknai kehidupan, seperti itulah kita menjalaninya. Kali ini saya ingin menyampaikan tentang sebuah filosofi Jawa "Sawang Sinawang". Sawang sinawang diambil dari kalimat peribahasa Jawa "urip iku sawang sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang" hidup itu tentang memandang dan dipandang, jadi jangan hanya memandang dari apa yang terlihat. Peribahasa ini bisa disejajarkan/berhubungan dengan peribahasa Indonesia "rumput tetangga lebih hijau" yang bermakna melihat kehidupan orang lain lebih baik [1].
Sawang sinawang berhubungan dengan konsep persepsi sebagaimana kita mengenal orang-orang hanya dari yang terlihat atau terdengar mengenai orang tersebut, lantas menduga dan mengambil kesimpulan dari apa yang terlihat dan terdengar.
Dalam era digital, media sosial disebut menjadi ajang sawang sinawang, tempat orang membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain, padahal yang terlihat di layar ponsel belum tentu seindah dan senyata yang sebenarnya di dunia nyata.
Dalam real life sehari-hari masih banyak sekali orang yang membicarakan (mengghibah) dan membandingkan kehidupan pribadinya dengan kehidupan orang lain. Segala sesuatu yang dilihat dari orang lain selalu dianggapnya lebih baik dari kehidupan pribadinya. Hal ini berimbas menjadi timbulnya suatu perasaan dengki, iri serta kurang bersyukur terhadap nikmat yang telah Tuhan berikan
Padahal apa yang kita lihat dari kehidupan orang lain yang tampak lebih sukses, kaya, atau bahagia belum tentu kehidupannya lebih “enak” dari kita. Bukan tidak mungkin mereka yang kita anggap lebih mempunyai kehidupan yang lebih “enak” dari kita itu mempunyai beban masalah yang lebih berat dari kita. Kebanyakan orang terkecoh hanya dengan penampilan seseorang di luar saja. Kita tidak tau seberat apa masalah dalam hidup orang lain itu, sebesar apa tanggung jawabnya, bagaimana dia memperoleh kesuksesan itu dengan mati-matian dan segala bentuk perjuangan lainnya. Mungkin saja ketika melihat kehidupan orang lain yang lebih bahagia dari kita, mungkin itu karena orang itu pandai menutupi kesedihannya, selalu bersyukur, dan bersabar [2].
Mereka yang Menipu vs Mereka yang Tertipu
Gaya hidup hedonis tentu harus ditopang oleh kekuatan finansial yang baik, diantara mereka yang menampilkan diri dengan gaya hidup tersebut, ada yang benar-benar mampu ada juga yang tidak.
Mereka bisa saja memposting foto lagi ngumpul dengan tokoh, artis atau kalangan jet set, padahal foto tersebut editan. Bisa juga yang mereka pakai/kenakan adalah pinjaman / barang-barang milik orang lain ataupun menyewa, misalnya mobil mewah, jet pribadi, dsb.
Bisa juga gaya hidup hedonis seseorang memang berasal dari kekuatan finansial mereka, tetapi pendapatan mereka berasal dari aktivitas/bisnis hitam, misalnya penipuan, penggelapan, perjudian, perdagangan narkoba, perdagangan orang, prostitusi, pemerasan, pungli, korupsi, gratifikasi, dll. aktivitas/bisnis yang bisa berkaitan dengan molimo atau hal lainnya yang bersifat hitam bin ilegal bin haram.
Sehingga bisa saja diantara kita (terutama generasi muda) ingin atau bercita-cita:
"Aku ingin menjadi itu, karena tetanggaku dengan profesi itu kaya raya, barangnya branded semua, rumahnya bagus, mobilnya mewah dan banyak, anak-anaknya sekolah di sekolah internasional, dan terkadang mereka liburan ke luar negeri"
Gaya hidup seseorang seringkali dikaitkan dengan profesi/pekerjaan yang mereka tekuni, kita beranggapan bahwa gaya hidup itu ditopang oleh pendapatan dari profesi tersebut, padahal belum tentu anggapan itu benar, mereka bisa saja terkaget-kaget ketika telah menjalani profesi tersebut "lha kok pendapatan perbulannya cuman segini?"....padahal sudah banyak pengorbanan finansial, waktu, tenaga dan pikiran untuk bisa mendapatkan pekerjaan tersebut....
sebagai ilustrasi (tanpa bunga), bila kita menabung 10 juta perbulan maka dalam setahun terkumpul 120 juta, dalam sepuluh tahun terkumpul 1,2 milyar. Sebaliknya bila kita kredit mobil/rumah dengan harga 1,2 milyar maka cicilan perbulan akan mencapai 10 juta selama sepuluh tahun. Bila harganya 12 milyar maka cicilannya 100 juta per bulan selama sepuluh tahun.
bagaimana jika kreditnya banyak dan jumlahnya besar, karena banyak hal yang dibeli secara kredit, yang totalnya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan milyar, berapa cicilannya?...silahkan hitung sendiri.
Sejarah dan Fakta Money Laundry
Istilah pencucian uang atau money laundering muncul pertama kali pada tahun 1920 di Amerika Serikat. Pada waktu itu para mafia di Amerika Serikat memperoleh uang dari hasil kejahatan seperti pemerasan, prostitusi, perjudian, dan penjualan minuman beralkohol ilegal serta perdagangan narkotika. Para mafia ini kemudian membeli perusahaan yang sah dan resmi sebagai salah satu strateginya dengan menggabungkan uang haram hasil kejahatan tersebut dengan uang yang diperoleh secara sah dari kegiatan usaha untuk menutupi sumber dananya agar seolah-olah berasal dari sumber yang sah. Investasi terbesar adalah perusahaan pencucian pakaian yakni Laundromats yang waktu itu terkenal di Amerika Serikat. Usaha pencucian ini kemudian semakin maju dan berbagai uang hasil kejahatan yang diperoleh ditanamkan pada usaha pencucian pakaian tersebut [3].
Pencucian uang (Money Laundering) adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau Harta Kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau Harta Kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal [4].
Umumnya pencucian uang dilakukan dalam tiga tahapan yakni placement, layering, dan integration [5]. Siklus Pencucian Uang:
- Pengumpulan dana dari hasil tindak pidana (dirty money)
- Penempatan (placement): dana dimasukkan ke sistem keuangan/perbankan
- Layering: transfer dana dengan rekening bank perusahaan X, dipinjamkan ke perusahaan Y, dibayarkan Y dengan invoice palsu ke Z, begitu seterusnya
- Integrasi: pembelian aset mewah, investasi keuangan, dan investasi komersil/industri
Kasus pencucian uang dapat menggabungkan beberapa tahap, menghilangkan salah satu tahap, atau mengulang tahap tertentu. Contohnya, uang tunai dari penjualan narkoba dipecah menjadi sejumlah kecil uang. Uang ini ditransfer sebagai pembayaran atas jasa kepada perusahaan cangkang.
Perusahaan cangkang adalah perusahaan yang hanya ada di atas kertas, tidak punya kantor dan karyawan, tetapi punya rekening bank atau investasi pasif, atau punya aset tertentu [5].
kejahatan pencucian uang atau money laundering merupakan salah satu kejahatan yang terorganisir dengan rapi. Fakta inilah yang menjadi alasan mengapa kejahatan ini tidak mudah ditangani [3].
tindak pidana pencucian uang tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, melainkan juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara [4].
Note:
- Daerah konflik yang penuh kerawanan (high risk), malah bisa menjadi tempat paling aman bagi pelaku bisnis hitam. Dengan ironi yang dahsyat, dunia kita menyembunyikan kegelapan di balik gemerlap cahaya modernitas: adiksi judi online, perbudakan digital, perdagangan orang dijaga apik oleh peradaban serba canggih. Ada dokumenter tentang penelusuran mendalam yang menyingkap kebusukan jaringan kriminal lintas negara. Di perbatasan sebuah negara, ribuan orang dari berbagai belahan dunia terjebak dalam kerja paksa untuk melakukan penipuan online. Mereka terjebak dalam perbudakan digital, diperdaya oleh iming-iming pekerjaan menggiurkan, dan berakhir sebagai budak kriminal, videonya bisa di simak di sini [7]. >> bisa diaktifkan subtitle/terjemahannya
- Suudzon (berprasangka buruk) bukanlah hal yang baik, agar tidak suudzon (kata seorang ulama) ada baiknya anda bertanya langsung: "dari mana asal hartamu? bagaimana perjuangan mencarinya?"... saya pernah menanyakan kepada seorang tuan tanah "bagaimana anda memulai bisnis anda, sehingga sekarang kaya raya dan menjadi tuan tanah?", tapi jawabannya kurang jelas bagi saya, entah dia yang tidak mau cerita secara detail atau daya tangkap saya yang kurang.
- Ada beberapa jenis pekerjaan yang orangnya kadang dikira pengangguran, misalnya: pekerja online (internet marketer, vlogger, blogger, game developer, programmer, trader saham/kripto, dsb), freelancer, desainer, pelukis, penulis lepas, penerjemah bahasa asing, pemandu wisata, fotografer, terapis, pedagang serta kolektor barang antik, dll. Sesuai dengan tingkatannya para pekerja tersebut ada juga yang penghasilannya besar.
- warisan dari harta yang berasal dari bisnis hitam, tetap halal, selama yang menerima warisan benar-benar tidak tahu asal dari harta tersebut, tetapi kalau harta tersebut diketahui ternyata mengambil milik orang lain, maka sebagai ahli waris seharusnya kita mengembalikannya (faktanya itu tidaklah mudah). Sebagai ahli waris, sangat baik apabila menyedekahkan sebagian harta untuk yang meninggalkan warisan, sebagai amal jariyah untuk almarhum. Ada tiga amal jariyah yang tidak pernah putus sekalipun orangnya telah meninggal dunia, pertama sedekah jariyah, kedua ilmu yang bermanfaat dan yang ketiga do'a anak sholeh [8].
- kata orang "manusia itu cenderung serakah, pelit dan suka pamer", sifat inilah yang terkadang dipakai oleh tim marketing...memainkan emotional buying para customer.... cerita seorang teman: "dia kemaren baru saja ganti mobil yang jauh lebih bagus, gara-gara bawahannya nongol bawa mobil baru yang lebih bagus dari mobil dia yang dulu".
- Tiongkok telah membatasi kota-kota kecil di negara tersebut dari membangun gedung-gedung tinggi, kota dengan populasi kurang dari tiga juta orang akan dilarang membangun gedung yang lebih tinggi dari 150 meter. Perlukah kota berpenduduk rendah membangun gedung pencakar langit, yang menunjukkan bahwa gedung-gedung itu dibangun untuk kesombongan dan bukan kepraktisan [9].
- Rumput tetangga lebih hijau (orang desa pengen hidup di kota, yg di gunung pengen di pantai, yang di gurun pengen di daerah hijau, yang di dalam negeri pengen ke luar negeri, yang di daerah panas pengen ke daerah salju....dan sebaliknya)....layaknya orang kota yang begitu bangga dan bahagia bisa naik gunung, bagi orang gunung, naik-turun gunung itu biasa banget.
- Sebagian orang pengen bekerja di luar negeri, padahal bekerja di luar negeri belum tentu enak, apalagi kalo gajinya pas-pasan dan jauh dari keluarga. Kalau sudah terlanjur di sana biasanya tidak mudah untuk pulang ke Indonesia, bisa karena terikat kontrak, selain itu umumnya mereka sudah habis banyak biaya saat berangkat ke luar negeri. Untuk ongkos pulang saja sudah mahal, perlu menabung sekedar untuk beli tiket pulang. Seorang sopir bus kampus di Saudi pernah curhat: "Mas kalau saya tahu di sini cuman diupah 1500 Riyal per bulan (sekitar 6 juta Rupiah), saya gak bakalan berangkat ke Saudi, di kampung saya NTB uang segini juga bisa dapet"...perlu diketahui bahwa sopir/ART/pekerja kasar lainnya yang biasanya bisa mendapatkan uang tambahan adalah mereka yang bekerja di keluarga kerajaan, ataupun pekerjaan yang ada kaitannya dengan urusan haji dan umroh, karena mereka kadang menerima tips/hadiah dari para jamaah umroh/haji.
- “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”, bila dikaitkan dengan konteks sawang sinawang: "manusia yang baik, dia baik dalam pandangan manusia dan sekaligus baik dalam pandangan Tuhan"